Ia bercerita, “Tanggal 26 Desember 2004, Minggu pagi, terjadi gempa bumi yang dahsyat. Semuanya berguncang, rumah serasa terangkat saat gempa. Kami lari keluar rumah. Kami duduk di depan toko. Saya kebetulan ada toko yang buka. Rumahku di pinggir jalan.”
“Tak lama kemudian terdengar suara burung berputar-putar di atas rumah saya. Sesaat mereka berputar-putar sambil mengeluarkan suara-suara seperti menangis. Tak lama kemudian, ada rombongan ambulans berjalan di depan, ada sepeda motor di belakang ambulans. Kami kira di situlah orang-orang yang hanyut di laut, karena kalau akhir tahun biasanya orang-orang berkemah di laut.”
“Lama sekali,” lanjutnya. “Kendaraan semakin banyak. Mereka tidak berkata, ‘Lari, lari!’ “Hanya lampu motor dan lampu mobil yang dinyalakan. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak kendaraan yang lewat. Saya berkata kepada orang di sebelah saya, ‘Sepertinya ada sesuatu,’ karena burung ini terus berkicau di sekitar desa kami.”