Oleh karena itu, arsitektur Masjid Saka Tunggal juga mencerminkan perpaduan budaya lokal dan Islam. Hal ini terlihat dari penggunaan saka tunggal (tiang tunggal) sebagai penopang utama bangunan yang memiliki nilai adat istiadat setempat.
Masjid Saka Tunggal di Banyumas. (studiopena.com/Dinporabudpar Kabupaten Banyumas) Bangunan masjid ini kental dengan nuansa adat Jawa. Tiang tunggal atau saka tunggal yang terletak di tengah bangunan terbuat dari kayu jati yang menjadi penopang utama bangunan masjid.
Keunikan lainnya adalah adanya empat sayap kayu di bagian tengah tiang masjid. “Papat kiblat lima pancer” atau empat mata angin dan satu bagian tengah merupakan simbol dari empat sayap yang terdapat pada tiang tersebut.
Papat kiblat lima pancer memiliki makna empat penjuru mata angin yang melingkupi manusia sebagai pancer, yaitu api, air, angin, dan tanah. Keempat penjuru mata angin ini berfungsi sebagai pengingat bahwa manusia membutuhkan kehidupan yang seimbang.
Mirip dengan istilah, “Jangan menyembah bumi jika tidak ingin jatuh” dan “Jangan bermain api jika tidak ingin terbakar”.
Baca juga: Mengenal 10 Masjid Terbesar dan Termegah di Indonesia
2. Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak dibangun pada abad ke-15 oleh Raden Patah, raja pertama Kesultanan Demak. Pembangunan masjid ini dimulai sekitar tahun 1475 M, dan berusia sekitar 500 tahun.
Raden Patah merupakan putra raja terakhir Majapahit, Prabu Brawijaya V. Raden Patah dilahirkan pada tahun 1455 di Palembang yang saat itu masih merupakan wilayah kekuasaan Majapahit.
Masjid Agung Demak di Jawa Tengah. (studiopena.com/Dinas Pariwisata Kabupaten Demak)
Raden Patah memegang peranan penting dalam peralihan kerajaan Hindu-Buddha Majapahit ke kerajaan Islam di Jawa. Ia merupakan pendiri dan raja pertama Kesultanan Demak.
Dalam pembangunan Masjid Demak, Raden Patah melibatkan Wali Songo, sembilan orang wali terkenal dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa.
Mereka berperan langsung dalam perancangan dan pembangunan masjid ini. Masjid Agung Demak kemudian menjadi pusat penyebaran Islam dan tempat berkumpulnya para Wali Songo dan tokoh-tokoh Islam lainnya di Jawa.