Perubahan gaya hidup: Dari YOLO ke YONO, pilihan hidup yang lebih baik

Perubahan gaya hidup: Dari YOLO ke YONO, pilihan hidup yang lebih baik

Jakarta (studiopena.com) – Pernahkah Anda mendengar ungkapan ‘Kamu Hanya Hidup Sekali’ atau akrab disapa YOLO?

Slogan ini terkenal di kalangan anak muda sebagai penyemangat untuk menjalani hidup tanpa batas, mengejar kesenangan, dan mencoba segala hal tanpa banyak berpikir, hal ini karena hanya terjadi sekali seumur hidup.

Tak heran jika mereka kerap berani mengeluarkan uang untuk membeli barang-barang mahal, tiket konser dengan harga fantastis masih terus terjual, dan kebiasaan nongkrong di kafe-kafe mewah menjadi tren yang sangat digemari. Akibatnya, gaya hidup konsumtif semakin menjamur di kalangan masyarakat, terutama di kalangan generasi muda yang belum mempunyai tanggung jawab besar seperti menikah atau membesarkan anak.

Meski awalnya slogan ini lebih dikenal di kalangan remaja, namun gaya hidup YOLO juga mulai diterapkan oleh individu yang memasuki fase dewasa muda. Biasanya mereka memilih menerapkan prinsip ini sebagai pelarian dari rutinitas yang membosankan atau tekanan pekerjaan yang berat. Konsep YOLO sering digunakan untuk memberi penghargaan pada diri sendiri (self-reward) atau sekadar menyegarkan semangat hidup.

Baca juga: Milenial Habiskan Lebih Banyak Uang untuk Kopi?

Namun kini muncul tren baru yang merupakan antitesis dari YOLO yaitu ‘You Only Need Once’ (YONO). Jadi apa gaya hidup YONO? Berikut penjelasannya, dikutip dari berbagai sumber.

Gaya hidup ‘YONO’

Gaya hidup YONO (You Only Need Once) merupakan filosofi yang menekankan hidup dengan penuh kesadaran, dimana seseorang hanya berfokus pada kebutuhan yang benar-benar penting dan bermakna. Prinsip ini mengutamakan kualitas dibandingkan kuantitas, mengajarkan pengelolaan sumber daya secara bijak, serta mendorong pola pikir yang lebih fokus dan rasional.

Berbeda dengan YOLO yang kerap memotivasi masyarakat untuk “hidup” dengan gaya hidup konsumtif atau impulsif, YONO mengajak kita untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Slogan ini mengutamakan kualitas dibandingkan kuantitas, mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari seberapa banyak yang kita miliki, namun seberapa banyak yang kita rasakan.

Konsep YONO mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati dapat dicapai dengan memusatkan perhatian pada satu hal yang benar-benar penting dalam hidup. Filosofi ini berakar pada prinsip minimalis dan mindfulness, yang berfokus pada pentingnya kualitas daripada kuantitas.

Perubahan ini muncul seiring berjalannya waktu dan berkembangnya pola pikir masyarakat yang secara perlahan menggantikan pandangan impulsif ala YOLO dengan pendekatan YONO yang lebih fokus dan bermakna.

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *