studiopena.com, Jakarta – Selama lebih dari dua tahun Amerika Serikat (AS) menuangkan dana USD 10 miliar (sekitar Rp 164,5 triliun) untuk membantu Israel menghancurkan populasi Gaza.
Mengutip Gizmodo, Selasa (9/9/2025), upaya ini kemudian diungkapkan memiliki motif untuk membangun kota -kota pintar yang didukung oleh Kecerdasan Buatan (AI).
Kehadiran pengembangan kota pintar mengundang segudang sikap yang bersangkutan, di mana Donald Trump berencana untuk mengubah puing -puing Gaza yang diisi dengan mayat menjadi “Riviera Timur Tengah.”
Menurut laporan Washington Post, mereka berhasil mendapatkan bukti rencana keji ini dalam prospektus 38 halaman. Rencana relokasi ini disebut sebagai rekonstitusi Gaza, percepatan ekonomi dan transformasi (kepercayaan besar).
Kedengarannya bagus, tetapi untuk menembak pembangunan besar -besaran, pemerintah AS akan mengelola daerah tersebut sebagai “perwalian” dalam jangka waktu 10 tahun.
Ini sebenarnya adalah proyek yang tidak etis, membangun kota pintar di atas kuburan massal populasi Gaza.
Dalam rentang waktu ini juga, mereka ingin seluruh populasi Gaza bergerak secara sukarela. Jika tidak segera bergerak, penduduk akan ditempatkan di zona aman di area isolasi proyek rekonstruksi.