Di sisi lain, Meta mengambil langkah kontroversial dengan menghentikan penggunaan pemeriksa fakta independen di Facebook dan Instagram.
Sebaliknya, perusahaan menerapkan sistem “catatan komunitas” gaya X (sebelumnya Twitter), di mana keakuratan sebuah kiriman dikomentari oleh pengguna.
Dalam video yang dipublikasikan bersamaan dengan postingan blog Meta pada hari Selasa (waktu setempat), CEO Meta Mark Zuckerberg menyatakan bahwa moderator pihak ketiga ‘terlalu bias secara politik’ dan sudah waktunya untuk kembali ke kebebasan berekspresi.
Joel Kaplan, yang menggantikan Nick Clegg sebagai Kepala Urusan Global Meta, menulis bahwa ketergantungan perusahaan pada moderator independen adalah ‘niat baik’, namun sering kali menyebabkan sensor pengguna.
Keputusan ini menuai kritik dari para aktivis anti ujaran kebencian. Mereka menduga perubahan ini didorong oleh keinginan untuk menjalin hubungan baik dengan Presiden terpilih AS, Donald Trump.
“Pengumuman Mark Zuckerberg adalah upaya terang-terangan untuk merayu pemerintahan yang akan datang, dengan implikasi yang berbahaya,” kata Ava Lee dari Global Witness, kelompok kampanye yang bertujuan memantau perusahaan teknologi besar, dikutip BBC, Rabu (8/1/2024).
“Klaim menghindari ‘sensor’ adalah langkah politik untuk melepaskan diri dari tanggung jawab atas ujaran kebencian dan disinformasi yang didorong dan difasilitasi oleh platform tersebut,” tambahnya.