studiopena.com, Jakarta – Saat kita berlibur atau melakukan perjalanan wisata, terkadang kita ditemani oleh seorang pemandu wisata atau tour guide yang berperan sebagai pemandu dan sumber pengetahuan lokal. Biasanya kita memberikan tips kepada pemandu wisata atau tour guide. Hal ini tidak hanya sekedar memberikan dorongan finansial, namun juga menciptakan ikatan positif dan mengapresiasi layanan yang diberikan.
Meski jarang dibahas, tips sebenarnya merupakan hal lumrah yang hampir selalu diberikan dalam setiap perjalanan wisata. Bagi masyarakat Indonesia, mungkin ada yang merasa memberi tip atau memberi tip adalah sesuatu yang tabu. Padahal dalam dunia pariwisata, memberi tip merupakan hal yang lumrah.
Menurut pengamat pariwisata Robert Alexander Moningka yang juga Ketua Umum Indonesia Tour Leaders Association (ITLA), tidak ada kata ‘wajib’, namun sudah menjadi kebiasaan umum dalam dunia pemandu wisata untuk memberikan tip atau gratifikasi. kepada pemandu wisata sebagai tanda apresiasi terhadap pelayanan yang diberikan.
“Bisa dibilang memberi tip atau tidak itu ‘sukarela’ artinya tanpa kompensasi atau pembayaran. Sedangkan memberi tanpa paksaan tidak tepat dalam industri pariwisata. “Memahami fungsi tip, kita harus menjelaskan norma-normanya. pemberiannya, agar penerima pelayanan (baca: wisatawan) tidak dikenakan sanksi sosial,” jelas pariwisata Robert Alexander Moningka, yang akrab disapa Bob, kepada tim Lifestyle studiopena.com, Jumat 17 Januari 2025.
Terkait etika pemberian tip, menurut Bob, besaran tip yang sesuai adalah studiopena.com 5-15 persen dari total biaya pelayanan. Wisatawan biasanya memberi tip dalam jumlah yang lebih besar untuk pelayanan yang dianggap baik dan berkualitas.