Lima masjid bersejarah menjadi saksi penyebaran Islam di Indonesia

Lima masjid bersejarah saksi penyebaran agama Islam di Indonesia

Jakarta (studiopena.com) – Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Oleh karena itu, banyak sekali masjid yang dibangun dan memiliki sejarah tersendiri dalam perjuangan Islam.

Masjid tidak hanya sebagai tempat beribadah umat Islam, tetapi juga sebagai sarana penyebaran agama dan budaya Islam di nusantara. Dengan adanya masjid, maka menjadi bukti penyebaran agama Islam.

Berikut ini beberapa masjid bersejarah di Indonesia yang menjadi saksi perjalanan panjang peradaban Islam di negeri ini.

1. Masjid Agung Demak, Jawa Tengah

Foto udara suasana kompleks Masjid Agung Demak. studiopena.com PHOTO/Aji Styawan/foc. Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia yang didirikan oleh Raden Fatah, Kesultanan Demak pada abad ke-15 atau tahun 1475 Masehi. Terletak di Kota Demak, Jawa Tengah, masjid ini dikenal sebagai pusat penyebaran agama Islam di Jawa pada masa Kesultanan Demak.Dengan demikian, Masjid Agung Demak merupakan masjid kesultanan pertama yang terletak di Jawa. Masjid ini juga menjadi tempat berkumpulnya para Wali Songo untuk membahas metode penyebaran Islam kepada masyarakat.

Arsitektur Masjid Agung Demak sangat unik dengan atap bertingkat tiga. Konsep bangunan Masjid Demak bernuansa khas Majapahit yang dipadukan dengan budaya Bali dan Jawa Tengah. Masjid ini terletak di Desa Kauman, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

2. Masjid Raya Baiturrahman, Aceh

Arsip Foto – Foto udara Masjid Raya Baiturrahman yang terletak di pusat kota Banda Aceh, Aceh, Rabu (11/10/2021). (studiopena.com FOTO/Syifa Yulinnas) Masjid Raya Baiturrahman yang terletak di Banda Aceh merupakan salah satu simbol kebesaran Islam di Aceh. Dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612, masjid ini telah melalui berbagai fase rekonstruksi, terutama setelah hancur akibat serangan Belanda.Setelah kalah perang dengan rakyat Aceh, pada tahun 1879 M masjid ini dibangun kembali oleh Belanda sebagai bentuk menarik simpati rakyat Aceh dan pada tahun 1935 Belanda memperluas masjid dengan membangun dua kubah di sisi kanan dan kirinya.

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *