Site icon studiopena

Mengenal berbagai jenis disabilitas sensorik

Mengenal ragam jenis disabilitas sensorik 

Jakarta (studiopena.com) – Disabilitas sensorik merupakan kondisi yang memengaruhi kemampuan seseorang dengan keterbatasan dalam merasakan atau memproses informasi melalui kelima indra.Disabilitas sensorik mengacu pada suatu kondisi dimana satu atau lebih fungsi panca indera terganggu. Ada beberapa jenis disabilitas sensorik, studiopena.com lain disabilitas penglihatan, disabilitas pendengaran, dan disabilitas bicara.

1. Tunanetra atau tunanetra

Disabilitas visual atau gangguan penglihatan adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami gangguan pada penglihatan akibat adanya kerusakan pada mata dan organ lain yang menunjang proses melihat.

Hal ini disebabkan adanya kerusakan indera penglihatan, baik secara anatomis maupun fisiologis, dilansir dari Perpustakaan Kementerian Kesehatan.

Tunanetra memiliki tingkat ketepatan penglihatan kurang dari 6 per 60 setelah dikoreksi atau tidak memiliki penglihatan sama sekali. Tunanetra terbagi menjadi dua jenis, yaitu low vision (kurang waspada) dan blind (buta).

Low vision merupakan salah satu jenis kebutaan yang ditandai dengan penglihatan yang lemah, di mana seseorang masih sedikit melihat atau membedakan studiopena.com gelap dan terang. Sedangkan seseorang dikatakan buta apabila ia sudah tidak memiliki penglihatan lagi sehingga tidak dapat membedakan studiopena.com gelap dan terang.

Kebutaan disebabkan oleh kecelakaan, cedera mata, genetika, terlahir buta, atau menderita diabetes, glaukoma, atau degenerasi makula.

Ciri-ciri umum orang buta adalah ketajaman penglihatannya kurang dibandingkan dengan orang yang dapat melihat, terdapat kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu, posisi mata sulit dikendalikan oleh saraf otak, dan terdapat kerusakan pada sistem saraf otak yang berhubungan dengan penglihatan.

2. Tunarungu atau gangguan pendengaran

Tunarungu atau tuna rungu adalah seseorang yang mengalami hambatan atau gangguan pada organ pendengarannya, sehingga mengalami kehilangan pendengaran atau gangguan pendengaran. Tuna rungu terbagi menjadi dua kategori, yaitu tuna rungu dan tuna wicara.

Ketulian merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami gangguan pendengaran yang menghambat pengolahan informasi verbal melalui pendengaran yang baik. Penyandang tunarungu mempunyai bahasa ibu (bahasa isyarat) yang digunakan untuk berkomunikasi.

Sedangkan gangguan pendengaran merupakan suatu kondisi ketika seseorang masih memiliki sisa pendengaran sehingga masih dapat menerima informasi dengan bantuan alat bantu dengar.

3. Disabilitas bicara atau gangguan bicara

Tuna wicara atau tuna wicara (bisu) adalah seseorang yang mengalami hambatan atau gangguan dalam berbicara sehingga sulit melakukan komunikasi verbal.

Gangguan bicara tidak selalu menggambarkan kondisi tidak dapat berbicara. Kondisi ini merupakan gangguan atau hambatan yang menyebabkan seseorang mengalami kelainan dalam pengucapan atau artikulasi bahasa atau bunyi.

Faktor pemicu terjadinya gangguan bicara adalah tidak berfungsinya atau tidak berfungsinya organ-organ untuk berbicara, seperti rongga mulut, lidah, dan pita suara. Selain itu, terdapat kendala pertumbuhan janin hingga gangguan kesehatan setelah dilahirkan, salah satunya adalah infeksi meningen, dilansir Halodoc.

Kendala ini biasanya ditandai dengan kesulitan berbicara dengan jelas, mengeluarkan suara melengking, dan suka mengulang atau memperpanjang suara.

Baca juga: Bisakah cacat mental disembuhkan? Ini penjelasannya

Baca juga: Apa itu Cerebral Palsy? berikut penyebab dan cara mengatasinya

Baca juga: Mengenal Paraplegia, Kelumpuhan Tubuh Bagian Bawah

Wartawan: Sri Dewi Larasati
Editor: Alviansyah Pasaribu
Hak Cipta © studiopena.com 2024

Exit mobile version