“Penjahat (siber) zaman sekarang itu ibarat bisnis. Tujuannya satu, yaitu cari uang. Punya CEO, COO, CEO, apa pun itu, supaya secepatnya dapat uang,” ujarnya di Indonesia Knowledge Forum (IKF) XIII-2024 yang digelar Bank BCA di The Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Selasa (12/11/2024).
Menurut perkiraannya, kerugian akibat kejahatan siber secara global akan mencapai USD 10,5 triliun atau setara 164,75 kuadriliun pada tahun 2025. Angka tersebut melonjak dari total kerugian pada tahun 2022 sebesar USD 7 triliun, dan sebesar USD 2 triliun pada tahun 2019.