Site icon studiopena

Merayakan 25 Tahun Karya Merdi Sihombing: Budaya Tenun, Kekuatan Cerita, dan Kelestarian Lingkungan


“Kita harus menyadari bahwa kekuatan kita adalah fashion yang berbasis budaya, makanya hulunya harus ditingkatkan. Orang seperti saya jarang ada di Indonesia. Rata-rata membeli kain baru untuk membuat baju,” ujarnya.

Ia berharap semakin banyak masyarakat Indonesia yang mau ‘bekerja keras’ untuk memajukan industrinya. Tidak hanya fokus pada hilir, namun juga bersusah payah membenahi sektor hulu yang sangat kurang. Kalaupun ada yang mengambil inisiatif, jumlahnya belum sepadan dengan kebutuhan industri fesyen dalam negeri.

“Impian kita semua bersama teman-teman bagaimana caranya agar 100 persen Indonesia. Jadi benangnya ada di Indonesia, lalu diwarnai dengan tanaman Indonesia, dijahit di Indonesia, karena itu benar-benar pernyataan Indonesia,” ujarnya. dikatakan.

Perjalanan melalui proses ini menjadi modal penting dalam menghasilkan produk mewah yang berkelanjutan. Kisah setiap prosesnya membuatnya berhak dihargai tinggi, bukan dianggap murahan karena dicap sebagai produk UMKM.

Permasalahan kelestarian lingkungan hidup telah menjadi perhatian besar sejak lama. Dengan melakukan impor, Merdi menyatakan jejak karbon yang ditinggalkan industri tenun lokal akan sangat besar. Bahkan, industri fashion semakin diminta ramah lingkungan.

“Fashion tidak hanya meninggalkan limbah tekstil yang cukup mengkhawatirkan, tapi juga meninggalkan jejak karbon,” ujar anggota Dewan Serat Indonesia ini. “Jadi saya sangat berharap pemerintah ada gerakan untuk menghidupkan kembali penanaman tanaman yang bisa menghasilkan serat dan menjadi benang,” imbuhnya.

Exit mobile version