Kritikus fesyen pun langsung menyampaikan ulasannya di kolom komentar postingan Vogue, serta di platform media sosial lainnya menyusul pengumuman tak terduga tersebut. “Apakah aku satu-satunya yang gugup dengan hal ini?” yang lain dibagikan. “Tema yang bagus, tapi semoga saja tidak ada yang sesuai dengan budayanya.”
Visi untuk salah satu malam mode terbesar ini konon datang dari Monica L. Miller, seorang profesor dan Ketua Studi Afrika di Barnard College dan Universitas Columbia, yang menulis buku ‘Slaves to Fashion: Black Dandyism and the Styling of Black Diasporic Identitas’. Dalam buku besarnya, ia menetapkan pesolek kulit hitam sebagai konstruksi estetika dan politik, mengkaji sosok pesolek kulit hitam dari penggambaran paling awal dalam seni abad ke-18 hingga representasi modern di peragaan busana dan film.
Miller menggambarkan menampilkan dandisme kulit hitam sebagai sebuah konsep yang akan “menggambarkan bagaimana orang kulit hitam beralih dari perbudakan dan dianggap sebagai barang mewah, diperoleh seperti penanda kekayaan dan status lainnya, menjadi individu mandiri dan penentu tren global.”