Laporan Gizmodo menyebutkan, meski perusahaan berhasil menarik banyak talenta baru, namun arah pengembangan AI Meta masih belum jelas dan hal ini menyebabkan semangat kerja karyawan menurun.
Selain menghabiskan jumlah yang sama dengan kontrak NBA, perusahaan juga menginvestasikan USD 15 miliar (sekitar Rp 249 triliun) pada AI Scale untuk mengakuisisi talenta dan infrastruktur. Sejak menyerap itu semua, Meta gagal menentukan apa yang harus dilakukan.
Perusahaan pertama kali mengumumkan inisiatif “Superintelligence” untuk menyatukan upayanya di bidang AI, tetapi membaginya menjadi beberapa divisi dalam hitungan minggu.

