Site icon studiopena

Perjalanan Panjang Memagari Objek Wisata dan Desa dari Mata-mata Para Pungli


Namun Perry menyadari pungli tidak hanya bisa dilakukan oleh warga sekitar. Seperti kata pepatah, ada gula, ada semut, kalau pengunjung banyak, banyak juga pihak yang ingin mengambil untung lewat cara ilegal. Dalam situasi ini, ia memanfaatkan warga sekitar untuk menjaga lingkungannya dari oknum yang tidak bertanggung jawab.

“Yang mengemis kebanyakan bukan warga sekitar, tapi orang luar yang datang ke sana. Pengalaman dulu, ada pengamen dari luar yang masuk ke parkiran kita, lalu mengacau, dan akhirnya minta uang. Itu yang harus kita kelola. Karang Taruna yang bekerja, suruh mereka menjaganya,” ujarnya.

“Kita bayar saja. Saya lebih suka Karang Taruna karena masih muda. Kalau Karang Taruna diganggu satu orang, mungkin ada 10 orang yang datang (membela),” ujarnya.

Selain itu, ia juga menjaga hubungan baik dengan kepolisian dan Koramil setempat. Tujuannya untuk membantu mengatasi gangguan keamanan dan kemacetan di kawasan wisata, terutama pada hari-hari sibuk.

Pendekatan serupa juga dilakukan oleh pengurus masjid setempat. Pihak pengelola menyiapkan tempat salat yang memadai, sebagai imbalannya banyak sumbangan dari jamaah luar yang masuk ke dalam masjid sehingga memungkinkan untuk dikembangkan tempat ibadah. “Akhirnya masjid bisa berkembang karena banyak sumbangan dari para pendatang yang salat,” kata Perry.

Dengan kata lain, dia meminta semua pihak berkontribusi mengatasi masalah pungli. “Jangan hanya mengadu ke pemerintah, tapi kita juga harus mencari cara untuk menyelesaikannya,” ujarnya.

Exit mobile version