Peserta dengan berat badan normal menunjukkan perubahan gen terkait peradangan, sedangkan mereka yang kelebihan berat badan menunjukkan perubahan gen terkait metabolisme lemak dan penggunaan energi.
“Temuan ini menegaskan kembali potensi terapi jus jeruk dengan memberikan wawasan yang belum pernah terjadi sebelumnya mengenai mekanisme molekuler di balik efek kesehatannya,” tulis para peneliti, dilansir Fox News.
Namun, para peneliti mengingatkan bahwa penelitian ini melibatkan sejumlah kecil peserta dan hanya menunjukkan hubungan, bukan bukti hubungan sebab-akibat.
Oleh karena itu, mereka mendorong penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah perubahan molekuler dari konsumsi jus jeruk benar-benar menghasilkan manfaat klinis.
Mengingat jus jeruk masih mengandung gula alami, ahli gizi asal New York, Nicolette Pace, pun menyarankan untuk mengonsumsi jus jeruk dalam jumlah rendah hingga sedang setiap hari.
“Dalam jumlah normal, kandungan gula (dalam jeruk yang dikonsumsi) tidak meniadakan manfaatnya,” kata Pace kepada Fox News Digital.
