studiopena.com, Jakarta – Dalam beberapa tahun terakhir, lembaga pendidikan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, banyak yang mengandalkan layanan perangkat lunak sebagai layanan (SaaS) untuk mendukung kegiatan operasional dan pembelajaran.
Namun, perubahan signifikan dari penyedia SaaS global memaksa lembaga pendidikan seperti sekolah untuk mengevaluasi kembali strategi teknologi mereka.
Setelah Google mengakhiri penyimpanan gratis tanpa batas pada tahun 2022, Microsoft sekarang mengumumkan pembaruan yang signifikan pada layanan pendidikannya.
Dengan meningkatnya biaya dan fitur yang terbatas, lembaga pendidikan menghadapi tantangan baru dalam menjaga efisiensi dan aksesibilitas.