studiopena.com, Jakarta – Wabah virus Marburg telah menewaskan 11 orang di Rwanda, ketika upaya semakin intensif untuk menghentikan penyebarannya. Virus ini pertama kali terkonfirmasi di negara Afrika tersebut bulan lalu, dengan 36 kasus dilaporkan sejauh ini, menurut data dari Kementerian Kesehatan Rwanda.
Menurut Yahoo News, Jumat (4/10/2024), sebagian besar korban meninggal adalah petugas kesehatan di Kigali, ibu kota negara. 410 orang lainnya diyakini telah melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi, kata Asisten Menteri Kesehatan Rwanda, Yvan Butera.
Tingkat kematian kasus Marburg bisa mencapai 88 persen, dengan wabah sebelumnya bervariasi dari 24 persen hingga 88 persen, tergantung pada jenis virus dan manajemen kasus, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Saat ini, belum ada pengobatan yang terbukti dapat “membersihkan” virus.
Namun, pengobatan, seperti produk darah, terapi kekebalan, dan terapi obat, sedang dijajaki. Marburg adalah sejenis virus demam berdarah (VHF), mirip dengan Ebola, dan dapat ditularkan melalui kontak dengan orang yang terinfeksi.
Dalam update pada Senin, 30 September 2024, WHO memperingatkan bahwa wabah tersebut berisiko menyebar ke negara tetangga. Kasus Marburg telah dilaporkan di distrik dekat perbatasan dengan Republik Demokratik Kongo, Tanzania, dan Uganda.
WHO menambahkan, “Risiko penyebaran internasional juga tinggi karena kasus-kasus terkonfirmasi dilaporkan di kota-kota besar yang memiliki bandara internasional.” Oleh karena itu, wisatawan diminta terus waspada, terutama yang memiliki riwayat berwisata ke Rwanda.