Ia mengatakan, Seraung merupakan salah satu unsur budaya khas suku Dayak berupa topi atau penutup kepala, yang memiliki makna dan nilai simbolis penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak. Menurutnya, Seraung bukan sekadar aksesori, tetapi juga memiliki makna mendalam dan fungsi sosial penting bagi suku Dayak. Topi ini kerap dikenakan dalam berbagai acara adat, ritual, dan perayaan keagamaan.
Usai resmi membuka pameran, Wury sempat berkeliling mengunjungi beberapa gerai Kriyanusa didampingi Yanti Airlangga. Wury mengenakan pakaian adat Dayak Kalimantan Timur dengan warna dasar hitam putih, dilengkapi dengan aneka manik-manik warna-warni di bagian atas baju dan mengenakan selempang warna oranye. Ia melengkapi penampilannya dengan hijab warna pink dan mahkota dari kain khas Kalimantan Timur berwarna kuning serta manik-manik dan bulu burung.
Wury, Yanti dan rombongan juga sempat berbincang sebentar dengan beberapa penjaga stan dan sempat membeli beberapa cemilan di stan Judal Jadul yang menjual cemilan dan mainan era 80-an dan 90-an. Wury terlihat memilih Permen Kacang Spesial dan Gambang Sari setelah melihat-lihat dan mengenang berbagai mainan dan makanan di stan tersebut.
“Waktu kecil saya suka banget sama permen karet Yosan karena warnanya yang cantik,” tutur Yanti Airlangga sembari memegang permen karet lawas itu.