Jakarta (studiopena.com) – Di tengah -tengah kehidupan modern yang semuanya digital saat ini, kita semakin terbiasa menyerap berbagai jenis konten digital tanpa jeda mulai dari video pendek, meme lucu, hingga berita yang sedang dibicarakan.
Tanpa kita tahu, kebiasaan ini dapat memicu fenomena yang kemudian menjadi percakapan yang hangat, yaitu “membusuk otak”. Istilah pembusukan otak menonjol dan mendapat perhatian luas setelah ditentukan sebagai Oxford Word of the Year pada tahun 2024.
Fenomena ini mencerminkan kekhawatiran tentang efek samping konsumsi konten digital yang berlebihan yang dangkal, tidak merangsang kecerdasan, dan nilai pendidikan minimal, terutama di studiopena.com generasi muda seperti Gen Z dan gen alpha.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan penurunan kekuatan berpikir, kesulitan berkonsentrasi, dan hilangnya motivasi karena paparan konten ringan terus menerus.
Meskipun terdengar mengkhawatirkan, membusuk otak bukanlah sesuatu yang tidak dapat diatasi. Dengan mengelola penggunaan digital dengan bijak, gejala -gejala ini dapat dicegah dan bahkan membaik. Oleh karena itu, sebelum mulai mengelola pola penggunaan digital, penting untuk terlebih dahulu memahami dampak pembusukan otak.
Setelah itu, Anda dapat menerapkan beberapa langkah sederhana yang dapat membantu menyegarkan pikiran Anda dan menciptakan lingkungan digital yang lebih positif dan mendukung pertumbuhan, sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber.
Baca Juga: Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Mencegah Remaja “membusuk otak” alami
Dampak Otak Rot dalam Kehidupan Sehari -hari
Berdasarkan informasi dari situs web resmi rumah sakit Marzoeki Mahdi yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan, ada sejumlah efek buruk dalam kehidupan sehari -hari karena penggunaan digital yang berlebihan dan dapat memicu gejala busuk otak, termasuk:
1. Fungsi penurunan
• Kemampuan untuk mengingat melemah, serta dalam membuat keputusan yang tepat.
• Otak menjadi malas untuk berpikir dalam karena terbiasa menyerap informasi secara instan.
2. Masalah emosional