Jakarta (studiopena.com) – Paparan sinar matahari memiliki banyak manfaat bagi tubuh, seperti membantu pembentukan vitamin D dan menjaga kesehatan tulang.
Namun paparan sinar ultraviolet (UV) matahari yang berlebihan juga dapat menimbulkan risiko kesehatan, salah satunya sunburn atau peradangan kulit akibat sengatan matahari.
Kondisi ini seringkali dianggap sepele, padahal dampaknya bisa sangat serius jika tidak ditangani dengan baik.
Baca juga: Serba-serbi Berjemur yang Aman
Apa itu sengatan matahari?
Sunburn adalah suatu kondisi kulit yang mengalami peradangan akibat paparan sinar ultraviolet (UV) dalam waktu lama, baik dari sinar matahari maupun cahaya buatan dari mesin (sinar UVA dan UVB).
Radiasi sinar UV ini dapat merusak lapisan luar dan tengah kulit (epidermis) yang kemudian memicu reaksi peradangan.
Dalam kasus yang ringan, sengatan matahari akan menimbulkan sensasi terbakar. Kulit akan terasa nyeri jika disentuh atau bergesekan dengan pakaian.
Kondisi kulit juga terlihat merah dan belang, bengkak ringan, melepuh, dan kulit mengelupas.
Selain risiko kerusakan kulit, sengatan matahari juga dapat menimbulkan gejala sakit kepala parah, demam, sakit mata, kelelahan, bahkan mual dan muntah.
Sedangkan pada tingkat yang lebih parah, dapat terjadi risiko yang lebih serius, seperti penuaan dini (photoaging) dan kanker kulit, seperti melanoma, squamous cell cancer (SCC), dan basal cell cancer (BCC).
Gejala sunburn biasanya akan terasa setelah 4 jam terpapar sinar matahari. Kemudian, puncak nyeri pada kulit akan muncul sekitar 24 jam.
Baca juga: Cara Memulihkan Kulit “Belang” Akibat Sengatan Matahari
Penyebab dan faktor risiko kulit terbakar sinar matahari
Sunburn terjadi ketika jumlah radiasi UV yang diterima kulit melebihi kemampuan alami kulit untuk melindungi dirinya sendiri.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena sengatan matahari studiopena.com lain:
1. Berada di bawah paparan sinar matahari dalam jangka waktu lama dan intensitas UV tinggi.
2. Berada di luar sekitar pukul 10.00-16.00. Saat ini adalah periode ketika indeks UV biasanya paling tinggi.
3. Berlama-lama berada di lingkungan pesisir, dataran tinggi dan permukaan yang dapat memantulkan cahaya ke kulit.
4. Memiliki jenis kulit cerah atau kondisi kulit kekurangan melanin (albinisme).
5. Mengonsumsi obat-obatan yang dapat memicu sensitivitas kulit terhadap sinar matahari (antibiotik, retinoid, diuretik), penggunaan tanning bed, dan kondisi atmosfer (misalnya penipisan ozon).
Baca juga: Dokter RSPI Beri Tips Hindari “heat stroke” di Musim Kemarau
Pengelolaan gejala risiko sengatan matahari
Secara umum gejala dan risiko sengatan matahari akan membaik dalam waktu 7 hari. Namun perawatan dan perawatan kulit tetap perlu diterapkan.
Saat beraktivitas di luar ruangan, terutama pada siang hari saat intensitas sinar ultraviolet (UV) sedang tinggi, kenakan pakaian tertutup untuk melindungi kulit dari paparan.
Untuk mengatasi kulit terbakar sinar matahari, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah segera mencari tempat yang teduh dan menghindari paparan sinar matahari lebih lanjut.
Setelah itu redakan rasa terbakar pada kulit dengan cara mengompres area yang terbakar dengan air dingin atau es batu yang dibungkus dengan kain lembut.
Disarankan untuk tidak menempelkan es langsung pada kulit, agar tidak menimbulkan iritasi tambahan.
Setelah rasa terbakar mulai mereda, oleskan pelembap berbahan lidah buaya atau bahan alami yang menenangkan kulit. Kemudian, hindari produk yang mengandung alkohol atau parfum karena dapat memperparah iritasi.
Selain perawatan dari luar, menjaga kelembapan kulit dari dalam tubuh juga penting dengan memperbanyak minum air putih.
Kulit yang terbakar seringkali disebabkan oleh dehidrasi ringan sehingga kebutuhan cairan tubuh perlu tercukupi.
Jika terjadi sengatan matahari, hindari melepuh atau mengelupas kulit, karena dapat meningkatkan risiko infeksi.
Jika terjadi nyeri atau bengkak, Anda dapat mengonsumsi obat pereda nyeri seperti ibuprofen atau parasetamol yang dapat membantu mengurangi peradangan.
Jika luka terlihat parah atau melepuh pada area kulit yang lebih luas, disarankan untuk mengoleskan salep antiseptik atau krim hidrokortison untuk mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan.
Untuk membantu proses pemulihan dari dalam, konsumsilah makanan atau suplemen yang mengandung vitamin D untuk memperbaiki jaringan kulit yang rusak akibat paparan sinar matahari.
Setelah kulit mulai pulih, gunakan lotion yang mengandung vitamin C, niacinamide, dan alpha arbutin untuk membantu meratakan perubahan warna pada kulit.
Lalu, selalu gunakan tabir surya dengan kandungan SPF dan PA, agar kulit selalu terlindungi dan tidak kembali mengalami gejala dan risiko kulit terbakar sinar matahari.
Baca juga: Vaseline Gandeng PERDOSKI Berikan Edukasi Masyarakat Tentang Kesehatan Kulit
Wartawan : Putri Atika Chairulia
Redaktur: Suryanto
Hak Cipta © studiopena.com 2025
Dilarang keras mengambil konten, crawling, atau pengindeksan otomatis AI pada situs ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita studiopena.com.

