Selain biaya izin tinggal yang murah, para nelayan juga betah berada di sana karena lokasinya juga dekat dengan sumber penghidupan mereka. Mereka bisa melaut dan juga bertani karena dikelilingi perbukitan dan pegunungan.
Sejak tahun 1940, warga desa pesisir ini rutin memproduksi garam. Kini, mereka terjun ke bisnis telur asin dengan memanfaatkan garam yang mereka produksi sendiri. Salah satunya adalah Pearl Fan dan suaminya.